Prakata
Homeschooling Permata Hati merupakan lembaga pendidikan dibawah naungan Yayasan Indonesia Satu Hati yang berorientasi kepada pembentukan karakter serta minat bakat, dengan menggunakan konsep pendidikan sbb :
- Pendidikan yang lebih menekankan pada pembentukan karakter, pembinaan kemandirian dan kemampuan minat serta bakat.
- Penggalian kreatifitas dan talenta.
- Proses pembelajaran dan bimbingan langsung yang menyenangkan dengan menggunakan Kurikulum Nasional yang dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak.
- Materi, evaluasi, bimbingan dan pembinaan, sudah menggunakan sistem aplikasi berbasis cloud yang mudah digunakan baik oleh orang tua maupun anak.
- Melibatkan peran orang tua dalam mendidik, mengawasi, mengajari, membimbing serta menjadi tauladan yang baik untuk anak-anaknya agar kelak bisa menjadi Insan Rahmatan Lil Aalamiin.
Akademisi
Anak Usia <12 Tahun
Anak Usia 12-15 Tahun
Anak Usia >15 Tahun
Pengajar
Layanan
Agar konsep pendidikan dan bimbingan terhadap pembinaan anak bisa maksimal, maka Homeschooling di tempat kami memberikan pelayanan tidak hanya kepada anak didik, tapi kepada orang tua, lingkungan sekitar dan masyarakat umum.
Parenting
Kegiatan yang bertujuan untuk berbagi tugas dan kewajiban pembinaan anak antara orang tua dan lembaga
Konseling
Pelayanan untuk meningkatkan kemampuan dalam menghadapi masalah baik pada orang tua maupun anak.
Bimbingan
Kegiatan yang dilakukan setiap hari terhadap anak baik daring maupun luring agar anak bisa merencanakan, mengembangkan, menyesuaikan diri dan mengatasi permasalahan.
Pembinaan
Bertujuan untuk membentuk kepribadian dan kebiasaan yang baik agar menjadi karakter dalam diri anak.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara bertahap, mulai dari evaluasi pekanan, triwulanan, semesteran dan tahunan yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana perkembangan yang dihaslikan dalam proses pendidikan anak
Apresiasi
Merupakan bentuk penghargaan atas prestasi perkembangan diri anak sekecil apapun.
Fitur Aplikasi
Dalam proses kegiatan bimbingan, pengasuhan dan pembelajaran sudah kami kemas ke dalam sebuah aplikasi SIAP (Sistem Informasi & Aplikasi Pendidikan) yang akan memudahkan anak (untuk bimbingan belajar) dan orang tua (untuk memantau dan mengawasi perkembangan anak) serta guru (untuk menyampaikan materi pembelajaran, mengawal kegiatan pembelajaran, mengevaluasi kegiatan pembelajaran dan mengapresiasi hasil pembelajaran anak). Adapun fitur-fiturnya sebagai berikut :
Materi dan Kegiatan Pembelajaran
Setiap anak dibebaskan untuk memilih dan mengikuti materi pembelajaran yang dipandu langsung oleh mentor pengampu pelajaran.
Laporan Perilaku dan Kehadiran
Setiap anak akan dibina dan dididik agar memiliki kepribadian yang baik di setiap harinya. Laporan perkembangannya nya bisa dilihat secara realtime.
Konsultasi dan Bimbingan
Aplikasi ini didesign user friendly dan komunikatif, sehingga akan memberikan kenyamanan baik anak maupun orang tua dalam melakukan konsultasi dan bimbingan individual.
Informasi Berita dan Kegiatan
Selain berfungsi sebagai aplikasi pembelajaran dan bimbingan, juga berfungsi sebagai pusat berita dan informasi seputar kegiatan Homeschooling, Parenting dan Pendidikan.
Cek Rapor
Masukan No. Serial Rapor yang ingin diketahui.
Testimoni
Sepatah kata dari tokoh masyarakat, tenaga pengajar, orang tua wali, alumni dan anak didik kami.
Galeri
Berikut beberapa dokumentasi kegiatan Homeschooling, baik kegiatan bimbingan, konseling, parenting maupun pembentukan karakter, serta pengembangan diri dan minat bakat anak.
Info Kegiatan
Evaluasi Ujian Akhir Semester Ganjil 2024
Artikel
Tulisan terbaru dari komunitas kami
Tim Manajemen
A. Wildan Iskandar
DirekturLia Mulyani
Ka. Bidang PendidikanFenti Umi Kurniati
Ka. Bidang PengasuhanRidwan Andriansyah
Ka. Bidang Tata UsahaTanya Jawab
Berikut beberapa hal yang sering ditanyakan tentang Homeschooling.
-
Bagaimana anak-anak homeschooling dalam bersosialisasi?
Sosialisasi dalam homeschooling adalah keberatan yang paling sering diajukan dan selalu ditanyakan pertama kali, padahal ini yang paling mudah dibantah. Mitos ini muncul dari ketidaktahuan tentang kegiatan Homeschooling sebenarnya. Banyak orang berasumsi bahwa dalam Homeschooling anak tidak keluar dari rumah dan hanya belajar sendiri atau berdua orang tuanya mulai dari pagi sampai sore. Kalau seperti itu ya pasti si anak jadi kuper. Pada kenyataannya, siswa Homeschooling lebih sering mengadakan studi lapangan kapan pun mereka mau. Saat waktunya belajar sejarah, mereka pergi ke museum dan berinteraksi dengan komunitas pecinta sejarah. Ingin belajar bisnis? Sambil makan di McDonald’s dan berbincang dengan manajernya dan para karyawannya saja. Siswa sekolah formal berinteraksi hanya dengan teman-teman yang seusia dan dikumpulkan dalam satu kelas seharian. Kalau siswa Homeschooling? Dengan banyak orang dari segala lapisan usia dan pekerjaan! Banyak riset yang membuktikan bahwa siswa Homeschooling dapat bersosialisasi sebaik, atau bahkan lebih baik, dari para sebayanya di sekolah formal, dan mereka menunjukkan lebih sedikit masalah perilaku pula
-
Apakah anak-anak Homeschooling akan punya teman?
Mirip dengan mitos pertama, mitos yang satu ini berasumsi bahwa rekan sebaya siswa Homeschooling yang bersekolah formal memiliki banyak teman sedangkan mereka tidak. Ok, coba kita jujur dulu dalam melihat fakta. Yang bisa didapat seorang anak dari “pertemanan” di lingkungan sekolah formal sebenarnya lebih banyak berupa “peer pressure”. Anak-anak ini saling memberi tekanan agar mereka bisa menjadi sama antara satu dengan yang lain. Seseorang bertanya pada orang tua homeschooler, “Anak-anakmu tidak punya teman dan tidak bisa belajar dari anak-anak sebayanya.” Orang tua homeschooler ini pun menjawab, “Coba kamu pergi ke sekolah formal saat siswanya beristirahat, perhatikan mereka, dan tunjukkan padaku, sifat-sifat mana dari mereka yang pantas ditiru anakku.” Benar juga. Sungguh tidak rugi siswa Homeschooling kehilangan “pertemanan” dalam lingkungan sekolah formal bila pada kenyataannya ia bisa berteman dengan teman-teman dari klub olahraga, remaja masjid, paduan suara gereja, kelas musik. Ia pun bisa berteman dengan orang-orang dari segala lapisan usia dan pekerjaan seperti staff museum, manajer restoran, dan lainnya.
-
Apakah anak-anak Homeschooling bisa belajar berkompetisi?
Anak Homeschooling tidak berkompetisi dengan orang lain, namun ia berkompetisi dengan target performa yang ditetapkannya sendiri. Kalau dengan orang lain, ia belajar berkolaborasi. Anak diajarkan berkompetisi dengan standar performa yang ia tetapkan sendiri dengan bimbingan orang tua. Dan anak homeschooling juga belajar berkompetisi dalam artian konvensional juga kok. Mereka lebih sering mengikuti perlombaan atau kontes daripada teman-temannya di sekolah formal yang sudah tidak punya waktu lagi di luar kelas sekolah karena jadwalnya sudah penuh untuk ikut kegiatan ekskul di sekolah atau untuk persiapan Ujian Nasional.
-
Apakah biaya Homeschooling itu mahal?
Sebenarnya mungkin ini adalah pertanyaan terpenting bagi banyak orang, hanya gengsi saja kalau ditanyakan pertama. Faktanya, Homeschooling bisa mahal dan bisa murah. Masalah biaya sangat tergantung dari bujet dan kreativitas orang tua serta komunitas. Yang jelas, value for money dari Homeschooling seharusnya lebih tinggi daripada mengeluarkan biaya untuk sekolah formal.
-
Apakah anak Homeschooling bisa melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi?
Mitos yang dulu bisa jadi benar. Salah satu yang membuat Homeschooling kurang berkembang di Indonesia adalah dukungan pemerintah. Tapi itu dahulu, saat ini pemerintah sudah mulai gencar mendorong perkembangan pendidikan alternatif. Masuk perguruan tinggi bisa dilakukan oleh anak Homeschooling yang telah mengikuti ujian persamaan Paket C. Sudah banyak anak Homeschooling yang masuk ke perguruan tinggi. Di Inggris, rata-rata anak komunitas Homeschooling yang melanjutkan ke perguruan tinggi tiga kali lebih besar daripada anak sekolah formal. Bukan hanya masuk perguruan tinggi, anak Homeschooling bahkan bisa masuk ke sekolah dasar maupun sekolah menengah formal di tingkat mana pun mereka mau. Model ini dinamakan multiple entry and multiple exit. Tentu ada prosedur-prosedur yang harus dilewati. Anak Homeschooling juga bisa bekerja sama dengan sekolah formal untuk menjadi “siswa paruh waktu” di sekolah tersebut. Misalnya, pada hari Senin sampai Rabu ia Homeschooling, dan pada hari Kamis dan Jumat ia ikut bersekolah di sekolah formal dekat rumahnya. Ini semua sudah dimungkinkan di Indonesia. Tinggal kembali kepada orang tua untuk melihat semua opsi yang ada dan memilih yang terbaik untuk anaknya.
-
Apakah anak Homeschooling bisa mendapatkan kegiatan ekstrakurikuler yang cukup?
Sangat bisa, karena proses pembelajaran yang dilakukan selama beberapa jam pada Homeschooling bisa lebih produktif daripada waktu yang sama di sekolah formal. Artinya, anak Homeschooling akan memiliki lebih banyak waktu untuk menyalurkan hobi, mengembangkan bakatnya dan melakukan hal-hal lain yang mereka suka. Mereka bisa mengikuti kegiatan olahraga dan seni dengan mengikuti klub di mana mereka akan bermain dengan kelompok yang lebih kecil. Di sekolah, dengan kelompok yang besar, tiap anak hanya akan mendapat sedikit latihan olahraga dan seni. Sebagian besar waktunya akan digunakan untuk menunggu giliran.
-
Apakah anak Homeschooling bisa melakukan kegiatan praktek layaknya di laboratorium IPA?
Kalau memang dibutuhkan, orang tua juga bisa menyewa peralatan percobaan ilmiah. Dan lebih baik lagi adalah bila orang tua menggunakan kreativitas dalam membantu anak melakukan percobaan ilmiah. Kebanyakan percobaan ilmiah bisa dilakukan dengan peralatan dan bahan-bahan sederhana yang bisa didapat di rumah atau di pasar/supermarket.
-
Bagaimana jika kedua orang tuanya harus bekerja?
Yakin? “Harus” atau “mau”? Coba cek dulu, untuk apa uang dari second income itu dipakai? Untuk jasa baby sitter yang menjaga anak saat orang tua bekerja? Untuk baju-baju kerja? Untuk makan ke luar karena tidak ada yang sempat menyiapkan makanan di rumah? Bukankah ini pengeluaran yang bisa dihilangkan saat salah satu tidak bekerja? Ada juga kasus di mana single parent bisa sukses melakukan homeschooling dengan cara mengatur jadwal kerja secara kreatif atau malah bekerja dari rumah (apalagi di era dengan kemajuan teknologi seperti sekarang). Bisa juga orang tua minta bantuan saudara seperti nenek atau tante, asal kurikulum dan pengawasan tetap ada di orang tua. Coba dipikir kembali.
Kontak
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi kami di alamat berikut agar senantiasa kami bisa terus berbagi walau hanya sebatas informasi.
Alamat Kami
Jl. Brawijaya Gg Brawijaya III No. 16 Sukabumi, Jawa Barat, 43121