Identitas buku

  1. Judul: Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982
  2. Penulis: Cho Nam-Joo
  3. Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
  4. Tahun Terbit: 2019
  5. Tebal: 191 halaman

 

Sinopsis Buku

Kim Ji-Yeong adalah anak perempuan yang terlahir dalam keluarga yang mengharapkan anak laki-laki, yang menjadi bulan-bulanan guru pria di sekolah, dan disalahkan ayahnya ketika ia diganggu anak laki-laki dalam perjalanan pulang dari sekolah di malam hari.

Kim Ji-Yeong adalah mahasiswi yang tidak pernah direkomendasikan dosen untuk pekerjaan magang di perusahaan ternama, karyawan teladan yang tidak pernah mendapat promosi, dan istri yang melepaskan karier serta kebebasannya demi mengasuh anak.

Kim Ji-Yeong mulai bertingkah aneh, Kim Ji-Yeong mulai mengalami depresi. Kim Ji-Yeong adalah sosok manusia yang memiliki jati dirinya sendiri. Namun, Kim Ji-Yeong adalah bagian dari semua perempuan di dunia. 

 

Kelebihan buku

Saya suka dengan penggambaran karakter Kim Ji-Young sebagai karakter yang merepresentasikan banyak perempuan di dunia. Buku juga dilengkapi data-data berkaitan patriarki dan praktik misoginis di Korea, sehingga membuat pembaca lebih percaya akan adanya praktik-praktik seperti ini dalam kehidupan sehari-hari. 

Kekurangan buku

As much as I love this book, alur di buku ini akan dirasa “berloncat-loncat” dan tidak mulus karena setiap bab lebih mereprsentasikan adegan krusial pada usia Ji-Young saat itu. Buku pun dibuka dengan latar tahun 2015, tetapi mulai bercerita pada tahun 1982. 

Opini saya yang ini mungkin akan sedikit bias, tetapi saya cukup kecewa dengan akhir buku ini. Dimana Ji-Yeong akhirnya konsultasi dengan seorang psikiater---yang merupakan seorang pria, omong-omong----tetapi psikiater itu hanya sedikit bersimpati padanya dan hanya “cukup mengerti” problema hidup Ji-Yeong. Buku di tutup dengan deskripsi tentang apa yang dipikirkan sang psikiater tentang kejadian yang dialami Ji-Yeong dengan rekan kerjanya yang juga seorang perempuan, Lee Soo-Yeon; “Tentu saja Dokter Lee adalah dokter yang baik. Wajahnya anggun dan cantik, penampilannya rapi, kepribadiannya menyenangkan, dan sifatnya penuh perhatian. ia mengingat merek dan jenis kopi kesukaanku, bahkan berapa shot espresso yang kuinginkan, dan sering membelinya untukku. Ia selalu menyapa rekan-rekan kerja dan pasien-pasiennya dengan wajah berseri-seri dan ramah, membuat suasana di rumah sakit lebih cerah. Namun, Karena ia mendadak memilih berhenti bekerja, lebih banyak pasien yang memilih berhenti berobat sama sekali daripada yang bersedia dirujuk kepada dokter lain. Itu artinya rumah sakit kehilangan klien. Sebaik apapun orangnya, pekerja perempuan hanya akan menimbulkan banyak kesulitan apabila mereka tidak bisa mengurus masalah pengasuhan anak. Yang pasti, kami harus mencari dokter yang masih lajang untuk menggantikannya.” 

Lewat kalimat penutup buku ini, penulis seperti ingin mengimplikasikan bahwa sebesar apapun impact yang terjadi karena buku ini, masyarakat tidak akan berubah bila pola pikir masyarakat masih sama. 

Andhini Arinaya Purnomo

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *