Suatu hari ada seorang kakek pedagang pisang berjualan di pinggir jalan di emper sebuah bangunan yang tidak begitu ramai namun cukup teduh untuknya bernaung dari paparan sinar matahari. Dia menghamparkan dagangannya yang tidak seberapa banyak, mungkin hanya sebanyak itulah pisang-pisang yang bisa dipikulnya dalam keranjang untuk dijual. 
Tak lama seseorang datang memparkir mobilnya di depan kakek pedagang pisang tersebut dan keluarlah seorang wanita berpakaian rapih dan terlihat mewah dari dalam mobil itu lalu menghampiri kakek pedagang pisang. Kemudian wanita itu memilih sesikat pisang yang dipandangnya terbaik dan menanyakan harganya. Kakek itu menjawab, "7.000 nona, ini pisang hasil dari kebun saya sendiri". Wanita itu kemudian mengambil lagi sesikat pisang lalu menawarnya 10.000 untuk 2 ikat pisang. Setelah ragu beberapa saat akhirnya kakek itu menyetujuinya "biarlah saya tidak mendapatkan keuntungan seperti yang diharapkan daripada tidak mendapat uang sama sekali hari ini untuk menyambung hidup", kakek itu berharap mudah-mudahan pembeli pertamanya menjadi pembuka dagangannya yang baru laku setelah seharian duduk dipinggir jalan itu tanpa seorang pembelipun.
Wanita itu berlalu dengan rasa puas dan bahagia membawa 2 sikat pisang dengan harga yang bisa ditawarnya. Tak lama dia berkendara, wanita itu berhenti di sebuah butik pakaian sebuah merk ternama lalu masuk ke toko tersebut dan tersenyum menyapa penjaga toko itu alu menanyakan barang mode terbaru, keliatannya wanita itu sudah berlangganan di butik tersebut. Setelah memilih 2 set pakaian yang disukainya, diapun membayar, tersenyum bangga dan keluar dari toko tersebut dengan wajah bahagia.
Sekilas tak ada yang salah dalam cerita di atas, setiap orang memiliki perannya masing-masing mencari cara untuk menyambung hidupnya. Kakek pedagang pisang dia mendapatkan sedikit uang dari penjualan hasil kebunnya sudah cukup baginya untuk menyambung hidupnya. Begitupun butik pakaian yang menjual barang-barang mahal, adalah hal biasa menjual barangnya dengan harga yang sudah dibandrol dan setiap pembeli tak ada yang menawanya.
Namun disinilah hati nurani kita yang seharusnya berjalan dimana nalar dan kepuasan bukan sebuah ukuran kebahagiaan tapi bagaimana cara kita bisa membantu sesama yang lebih membutuhkan. 
"Spend money to make character but don't spend character to make money"
Semoga pandemic cepat berlalu dan setiap orang bisa menggeliat kembali dalam membangun ekonominya, bangkit dari keterpurukan, demi memenuhi kebutuhan keluarganya, aamiin"????????

Lia Mulyani

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *