Pernahkah ketika kamu memperhatikan orang lain, kamu bingung dengan responnya terhadap suatu topik atau kejadian? Kalau iya, sama. Aku pun begitu. Kadang aku bingung kenapa Adikku selalu membuat alarm untuk setiap awal kegiatannya, atau kenapa dia selalu bangun jam 5, sholat shubuh, dan lanjut tidur hingga jam 6. Atau kenapa ayah selalu mengemas barang-barangnya ketika ingin travelling sehari sebelum hari H. Atau kenapa butuh waktu setahun untuk Bunda merencanakan liburan.

Tindakan-tindakan ini sebetulnya dapat dipahami ketika kita memahami konsep kepribadian mbti.

Sebelum lanjut ke rant saya tentang mbti, apasih mbti itu?

MBTI adalah suatu bentuk tes kepribadian yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang preferensi seseorang terhadap empat domain berbeda. MBTI dikenal juga dengan Myers-Briggs Personality Test.

Lalu, apa saja empat domain itu?

  1. Extraverting (E) dan Introverting (I)

Istilah ini adalah istilah yang umum digunakan untuk mendeskripsikan kepribadian seseorang, aku yakin kamu pernah mendengar atau membacanya di suatu tempat--- atau mungkin pernah mengisi kuis tentang topik ini.

Bila kamu berpikir seorang extravert/extrovert adalah seseorang yang cerewet dan introvert adalah orang yang pemalu dan tidak suka sosialisasi, perlu diketahui itu tidak benar. Atau dalam beberapa kasus, tidak sepenuhnya benar.

Dua kata ini dipakai untuk mendeskripsikan apakah seseorang mendapat semangat atau gets energized dari dunia luar atau dunia diri mereka.

Simpelnya, ada orang yang butuh menemui orang lain untuk menenangkan pikirannya dan ada orang yang butuh waktu sendiri agar dapat menenangkan pikirannya.

Untuk memahami ‘dunia’ extraverts butuh experience. Mereka cenderung bertingkah, berdiskusi, memproses secara verbal, dan bertingkah lagi. Atensi mereka ada pada dunia luar, dan mereka merasa senang ketika berinteraksi dengan dunia itu.

Sementara introverts lebih privat dan butuh banyak waktu dengan diri sendiri. Mereka memilih untuk memahami dunia terlebih dahulu sebelum mencari experience. Mereka lebih prefer untuk fokus ke ide-ide, impresi-impresi dan pikiran mereka.

2. Sensing (S) dan Intuiting (N) 

Orang-orang yang lebih prefer sensing cenderung akan menerima atau mengambil informasi dari lima panca indera mereka. Mereka memperhatikan fakta dan data. Mereka lebih fokus ke apa yang betul-betul ada daripada apa yang “kira-kira ada”

Sementara orang-orang yang lebih prefer Intuiting juga mengambil informasi dari lima panca indera mereka, tapi lebih fokus ke intuisi atau indera keenam mereka.Bukan artinya mereka indigo ya! intuisi disini lebih merajuk ke prediksi, visi dan “what if”. Mereka lebih tertarik dengan peluang dan sangat open dengan perubahan.

3. Thinking (T) dan Feeling (F)

Orang-orang yang termasuk kategori Thinker mengambil keputusan dari analisis, dan logical process untuk mencari atau menetapkan keputusan yang objektif. Ketika mengambil keputusan memikirkan tentang value dan konsistensi, juga keadilan dibanding bagaimana orang lain akan terdampak dengan keputusan itu. Singkatnya, Thinkers mengambil keputusan lebih analitikal dan impersonal.

Orang-orang yang termasuk kategori Feeler mengambil keputusan dengan lebih subjektif. Menurut value atau apa yang lebih penting bagi mereka. Mereka juga mementingkan bagaimana orang lain akan terdampak dengan diambilnya suatu keputusan. Mereka banyak memperhatikan relasi mereka dengan orang lain. Menurut mereka, “kebenaran adalah sesuatu yang berdasarkan nilai sosial dan personal.”

4. Judging (J) dan Perceiving (P) 

Judging bukan berarti judgemental. Dalam konteks ini, Judging atau Judgers lebih prefer mengambil keputusan lebih awal. Mereka lebih tenang ketika masalah dipecahkan dan rencana telah dibuat. Mereka lebih menyukai hidup terstruktur. Mereka suka bila semua itu terorganisir. Mereka tidak suka meninggalkan sesuatu tanpa kepastian atau tidak lengkap. Mereka mungkin mengalami kesulitan beradaptasi dengan perubahan atau akan merasa tidak nyaman bila ada informasi baru yang bertentangan dengan ketetapan mereka.

Mereka yang lebih perfer Perceiving atau adalah seorang Perceiver lebih suka mengumpulkan informasi sebanyak mungkin sebelum mengambil keputusan. Dan mereka suka opsi mereka banyak, jadi opsi mereka tidak hanya tiga atau dua saja, Opsi mereka tiga (tapi kalau ada yang lain boleh). Mereka nyaman ketika sesuatu tidak terencana atau terorganisir. Mereka tidak ingin terkurung dalam suatu jadwal atau komitmen dan selalu ingin melihat-lihat opsi lain. Singkatnya, mereka fleksibel dan bisa menoleransi sesuatu yang ambigu. 

Perlu diketahui bahwa empat domain ini tidak me-limit seseorang untuk melakukan sesuatu. Seorang Perceiver bisa saja menjadi terorganisir dalam beberapa kejadian yang membutuhkannya untuk menjadi terorganisir, dll. Karena manusia adalah makhluk yang kompleks dan tak bisa sepenuhnya dikotak-kotakkan dalam beberapa kategori.

Nah, setelah mengetahui empat domain tadi, saya jadi lebih mengerti Adik, Ayah dan Ibu saya. Adik saya seorang Judger, makanya Ia begitu terorganisir dengan rencana hariannya (kemarin kutanya, ternyata MBTI dia ISFJ !! dugaanku benar artinya.) Bunda adalah seorang Judger, bisa dimengerti kenapa beliau selalu mencecar pertanyaan tentang rencana hidupku. kalau di kilas balik, hidup ibuku pun sangat terorganisir. Seperti masuk universitas yang diimpikannya sejak bangku SMP, dan bekerja di bidang yang dipelajarinya semasa kuliah. Ayah sedikit berbeda, karena ayah adalah seorang perceiver. Aku tahu karena ayah suka dengan impulsif ngajak keluar atau tiba-tiba pulang ke Solo bila beliau sempat. Satu baris kalimat yang Ayah sering katakan ketika sedang training;  “saya sebenarnya kuliah kelautan, tapi kerja sebagai outbond trainer. Lah iya kan? melanturnya jauh sekali, dari kelautan jadi outbond. Jauh bukan?” ya. Pasti perceiver.

Setelah mengetahui preferences mereka, saya dapat menyesuaikan diri ketika berinteraksi dengan mereka. Bila ingin mendiskusikan rencana bisnis pada ibuku, aku harus menyiapkan catatan modal, pelaksanaan, rencana packing, sarana lapak, dll. Pada Ayahku mungkin hanya “aku mau buka bisnis yah.” lalu ditanya “bisnis apa?” dan aku jawab, “bisnis photocard yah.” dan berakhir berdiskusi tentang produknya, bukan rencana bisnisnya.

Ketika merekomendasikan musik ke Adikku, aku harus memperhatikan apa yang disukainya (atau apa yang ditetapkannya sebagai “good music”) pada saat itu. Semisal, beberapa tahun silam, adikku sangat SanGaT menyukai lagu coldplay yang judulnya “Something Just Like This” yang merupakan kolaborasi dengan The Chainsmokers--- mereka terkenal dengan suara EDM nya btw. Dan sisa playlistnya? EDM dan Dance Music. Saat itu aku kesal dengan tingkahnya yang mengekspos diriku yang menyukai kpop ke guru ngaji saat guru ngaji itu berkata seperti “kpop itu tidak baik blablabla” dan beberapa stereotip awam lainnya. Dia selalu open dengan rekomendasi lagu ku, pada saat itu kecuali kpop. 

Jadi aku menyodorkannya lagu “Euphoria” lagu Jungkook yang diproduseri DJ Swivel, Dj yang soundnya hampir sama dengan chainsmokers. Dan lagu Euphoria termasuk lagu yang bergenre EDM dan mempunyai choreo dance jika sewaktu-waktu si penyanyi ingin menyanyikannya. Awalnya, aku tidak memberi tahu itu lagu siapa. Lalu dia tanya “enak juga nih, judulnya apa?” dan ya, sisanya sejarah.

Kesimpulannya, dengan belajar MBTI aku dapat memahami orang di sekitarku lebih dalam dan memahami respon mereka terhadap sesuatu dan berusaha menerimanya. Aku tidak lagi berpikir seperti “ih kok begitu sih kepikirannya?” melainkan “ah, mungkin dia seorang perceiver, makanya dia berpikir seperti ini” dan memudahkan saya untuk berinteraksi dengan orang lain.

Andhini Arinaya Purnomo

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *